Kasih Sayang Ahlussunnah terhadap Orang yang Salah dan Hak bagi Orang yang Telah membantah Mereka

Kasih Sayang Ahlussunnah terhadap Orang yang Salah dan Hak bagi Orang yang Telah membantah Mereka

Asy-Syaikh Al-Allamah Muhammad bin Hady Al-Madkhaly hafizhahullah berkata:

“Jadi ini kewajiban atas kita terhadap orang yang membantah ketika dia membantah untuk menjelaskan kesalahan dan mengurangi dari terjatuh dalam kesalahan serta menyayangi orang yang salah agar kesalahan tidak diikuti. Haknya atas kita adalah memuliakan (orang yang membantah –itu) dan tidak mencelanya.

Sekarang di hari-hari ini keadaannya justru terbalik. Bantahan-bantahan tidak lagi laku di pasaran menurut banyak manusia. Bantahan-bantahan yang benar yang sesuai syariat yang menjelaskan kebenaran dan menunjukkan manusia kepada agama Allah Tabaraka wa Ta’ala justru diperangi. “Yang mereka (Ahlus Sunnah –pent) lakukan hanya bantahan bantahan bantahan bantahan bantahan…” Demikianlah ungkapan mereka (para penggembos dakwah).

Mereka tidak tahu bahwa dengan bantahan-bantahan ini agama Allah akan terjaga dan demikian juga hamba-hamba Allah. Jadi agama Allah dijaga dari penyimpangan dan hamba-hamba Allah juga dijaga agar mereka tidak terjatuh pada apa?! Agar mereka tidak terjatuh pada penyimpangan dan agar tidak mengikuti orang-orang yang suka menyimpangkan dan agar mereka tidak terjatuh pada kesalahan serta tidak mengikuti orang-orang yang salah.

Seandainya mereka benar-benar mengetahui hakekat maslahat dan manfaat yang dihasilkan dari bantahan-bantahan itu, niscaya mereka tidak akan mengatakan ucapan semacam ini.

Oleh karena inilah manusia yang paling banyak mendapatkan bagian dalam bab ini (celaan) adalah para ulama. Oleh karena itulah mereka melaksanakan kewajiban ini dengan sebaik-baiknya. Engkau bisa menjumpai bantahan-bantahan mereka sejak dahulu terhadap orang-orang yang melakukan kesalahan dan kebathilan serta pengekor hawa nafsu. Dan kitab-kitab mereka dalam masalah ini telah disusun.

Bahkan akidah Ahlus Sunnah mayoritasnya disusun disebabkan karena munculnya berbagai penyimpangan ahli bid’ah, sehingga mereka pun merasa perlu untuk menjelaskan As-Sunnah dalam bab-bab ini dan semua sikap yang harus diambil serta membantah siapa saja yang menyelisihi mereka.

Jadi, hak orang-orang yang melaksanakan kewajiban membantah yang sesuai syariat itu adalah disikapi dengan penghormatan dan pemuliaan. Bukan malah mencela mereka. Mereka hakekatnya berbuat baik kepada kita dengan menjaga agama kita dan menjaga keselamatan diri kita ini. Tetapi kita justru berbuat buruk kepada mereka dengan mencela mereka dan melemparkan kesan buruk terhadap mereka serta membuat manusia lari menjauh dari mereka. Maka –demi Allah– ini merupakan balasan yang buruk. Permisalanmu dengan dia adalah seperti yang dikatakan oleh seseorang: “Aku ingin dia hidup, tetapi dia justru ingin membunuhku.”

Jadi engkau menginginkan agar dia selamat dengan tidak terjatuh pada kesesatan dan penyimpangan, namun dia justru ingin membunuhmu dengan mencelamu di tengah-tengah manusia, melemparkan kesan buruk terhadap dirimu serta membuat manusia lari menjauh darimu dengan mengatakan: “Yang mereka lakukan hanya bantahan saja.” Seakan-akan bantahan-bantahan itu telah menjadi aib dan sesuatu yang tercela. Kita memohon kepada Allah keselamatan.”

Ditranskrip oleh:
Abu Abdirrahman Usamah
15 Rabi’ul Awwal 1435

Sumber: Sahab•Net via TPAH


Ulasan