Apakah Mencari-cari Kekeliruan dan Kesalahan Termasuk Manhaj Salaf?

بسم الله الرحمن الرحيم

Saya sangat senang bisa menghadirkan bagi saudara-saudara saya Salafiyyun, kesimpulan dari pertemuan yang diberkahi -yang dikumpulkan oleh sebagian thullab dari Libya- bersama Fadhilatusy Syaikh Ahmad bin Umar Bazmul hafizhahullah dan yang berada di kediaman beliau di Makkah -semoga Allah menjaganya-

Pertemuan ini mengandung sejumlah permasalahan manhaj yang sangat penting bagi orang yang mencari al-haq.

Di antaranya;

1. Bantahan terhadap syubuhat dimutlakkannya mencari-cari aurat/’aib dan ketergelinciran terhadap penyelisihan syar’i (bantahan terhadap orang yang melakukan kesalahan syar’i dianggap sebagai perbuatan mencari-cari aurat dan kesalahan), dan penjelasan bahwa syubhat ini termasuk metode ahlul bid’ah.

Soal pertama;

Apakah membantah kesalahan-kesalahan sebagian manusia dianggap sebagai mencari-cari ‘aurat, dan apakah benar pendalilan hal ini dengan sabda Nabi shallallahu’alaihi wasallam,

” يا معشر من أمن بلسانه إلى قوله لا تتبعوا عورات المسلمين

“Wahai sekalian orang yang baru beriman dengan lisannya, ….. sampai pada sabda beliau, ” … dan janganlah kalian mencari-cari aurat kaum muslimin.”

Apakah mencari-cari waham(kekeliruan) dan kesalahan termasuk manhaj salaf?

Jawaban Syaikh Ahmad Bazmul hafizhahullah;

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على المبعوث رحمة للعالمين وعلى أله وصحبه وسلم أجمعين , أما بعد :

Jawaban dari pertanyaan ini adalah hendaknya engkau mengatakan, “Bantahan terhadap kesalahan yang sebagian manusia terjatuh di dalamnya di dalam permasalahan-permasalahan agama, ilmu, dan syariat, adalah wajib bagi ulama dan wajib bagi orang yang bisa mengenali al-haq dari al-bathil dari kalangan para penuntut ilmu syar’i. Hal ini bukan termasuk pembahasan perbuatan mencari-cari aurat kaum muslimin.

Dan juga kami katakan bahwa penerapan dan pemutlakan terhadap orang yang menyelisihi syariat, dan bantahan terhadap kesalahan, serta penamaannya dengan ”mencari-cari aurat”, hanya saja hal ini dikenal (muncul) dari kalangan hizbiyyun dan ahlul bathil yang suka memutarbalikkan hakikat.

Yang ketiga, kami katakan, bahwa perbuatan membantah kesalahan menurut ahlul ilmi adalah jihad fi sabilillah dan termasuk di dalam bab (pembahasan) amar ma’ruf nahi munkar. Adapun hadits يا معشر من أمن بلسانه tadi, bukanlah yang dimaksudkan oleh hadits tadi bantahan tehadap orang yang menyelisihi syariat, namun maksudnya adalah mencari-cari aurat manusia di dalam urusan-urusan dunia dan aurat manusia yang tersembunyi, tidak nampak, dan tidak diketahui. Adapun orang yang menampakkan kebatilannya di muka umum, dan menjadi jelas perkara orang ini (karena ia sendiri yang menampakkannya), yang demikian ini adalah sebagaimana dinukilkan -oleh sekelompok ulama- adanya kesepakatan bolehnya menyingkap aib-aibnya, bahkan (hukumnya) wajib menjelaskannya, wajib menjelaskannya.

Adapun (pertanyaan apakah) mencari-cari waham dan kesalahan orang lain itu termasuk manhaj salaf, pertanyaan ini tidak diragukan lagi keganjilan/keanehannya, dan pertanyaan ini menunjukkan bahwa orang yang mengingkari (bantahan dan penjelasan terhadap kesalahan manusia) ini tidak mengetahui manhaj salaf. Ia tidak mengetahui bagaimana para salaf dahulu di dalam mengajarkan ilmu, bagaimana mereka menyikapi orang yang menyelisihi al-haq, dan bagaimana mereka bersikap keras dan mengingkari orang ini secara langsung.Jadi para pendahulu kita yang shalih -semoga Allah meridhai mereka- mereka menjelaskan kesalahan dan waham (yang dilakukan manusia).

Di sini saya akan menjelaskan sebuah perkara yang penting dan permasalahan yang mendetail yang harus kita perhatikan; seorang penuntut ilmu maupun seorang ‘alim, karena tingginya kesibukannya dengan ilmu, seringnya ia menelaah kitab-kitab ilmu, dan banyaknya pergaulannya dengan penuntut ilmu,  ia menyikapi permasalahan ini bukan dalam rangka mencari-cari aurat manusia, namun hal ini termasuk di dalam bab membahas, membaca, dan menyebarkan ilmu. Jadi ketika ia melewati / mengetahui kesalahan-kesalahan ini, bukanlah sikap para penuntut ilmu menjelaskan kesalahan-kesalahan ini (kepada manusia) merupakan perbuatan mencari-cari kesalahan dan keteegelinciran fulan/orang tertentu! Sama sekali bukan!

Bahkan kami katakan kepada orang yang salah dan tergelincir, “Bila kamu belum (cukup) bagus ilmumu, maka janganlah kamu berbicara, sehingga niscaya tidak akan dicari-cari (kesalahanmu). Karena barangsiapa yang menampakkan keilmuannya kepada kita, maka kita berkedudukan sebagai orang yang mengambil faidah darinya maupun sebagai orang yang memberi faidah. Juga sebagai orang yang memperingatkan dan membenarkan, sebagaimana ini adalah sikap salaf kita, semoga Allah meridhai mereka.

Jadi permasalahannya sekarang yang ingin kami peringatkan adalah, bahwa para ulama’ dan penuntut ilmu yang membantah orang yang melakukan penyelisihan terhadap al-haq (secara terang-terangan), perbuatan mereka ini bukanlah mencari-cari aib manusia, namun hal ini menunjukkan tingginya kesibukan mereka dengan ilmu, banyaknya telaah kitab yang mereka lakukan, dan banyaknya faidah yang mereka miliki. Sehingga ketika mereka melihat kesalahan-kesalahan yang semisal  ini, mereka pun menjelaskannya.

Dan aku juga menjelaskan dan memperingatkan dari satu perkara yang penting, yaitu sebagaimana telah disebutkan sebelumnya,  bahwa manhaj salaf di dalam bantahan terhadap orang yang menyelisihi (al-haq) dan juga penjelasan terhadap kesalahan-kesalahannya, kita harus mengetahui dan mengerti secara yakin/pasti bahwa salaf kita -semoga Allah meridhai mereka- bila salah seorang dari mereka melakukan kesalahan, lalu kesalahan itu menjadi jelas baginya, ia akan senang. Ia senang dengan urusan ini (dengan teguran saudaranya), ia akan rujuk dari kesalahannya, menyebarkan kebenaran di tengah-tengah manusia, dan berterima kasih kepada orang yang telah menjelaskan kebenaran kepadanya.

Jadi kalian yang berkata bahwa mencari-cari dan membantah (kesalahan) orang yang menyelisihi al-haq bukan termasuk mahaj salaf, kami katakan kepada mereka ini, “Ya, bahkan ini termasuk manhaj salaf. Bahkan termasuk manhaj salaf, bahwa orang yang melakukan kesalahan di antara mereka, bila jelas kebenaran baginya, ia akan kembali dan ruju’  secara nyata dan terang-terangan, dan dia tidak akan melakukan tala’ub (bermain-main) di dalam perkataannya, ia akan menyalahkan dirinya, dan membersihkan agama Allah ‘Azza wajalla dari berbagai kekeliruan, kesalahan dan kontradiksi.

Ini semua berbeda dengan sikap yang kami lihat dan kami dengar dari sebagian orang di masa ini. Ketika ia dibantah, ia pun mencaci-maki dan menganggap bantahan atasnya adalah perbuatan mencari-cari kesalahan, dan bahwa bantahan terhadapnya adalah perbuatan menjatuhkan (harga dirinya yang di lakukan oleh) orang lain, dan sebagainya, yang ungkapan-ungkapannya tersebut tidak kita kenali kecuali muncul dari kalangan hizbiyyun. Dan di sini orang yang bersikap seperti ini adalah si sesat, Abul Hasan al-Ma’ribi beserta para pengikutnya.

Jadi wajib bagi kita untuk memperingatkan dari perkara dan perilaku ini. Engkau, bila Engkau menyeru manusia ke jalan Allah, janganlah engkau mementingkan dan melihat dirimu sendiri, menginginkan ketinggian diri di muka bumi ini. Engkau hanya dengan al-haqq akan menjadi tinggi, dan dengan al-bathil menjadi rendah. Bila kamu berdakwah menyeru kepada dirimu sendiri, ketika engkau melihat bantahan terhadap penyelisihan, engkau akan menganggapnya sebagai ‘perbuatan mencari-cari kesalahan dan ketergelinciran’, dan ungkapan-ungkapan lainnya yang rusak (akan muncul darimu). Demikianlah.

http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=136061.

Ditulis oleh Abu Muhammad as-Sunni al-Liibii
Dialihbahasakan oleh Ummu Maryam Lathifah

Sumber: ForumSalafy•Net


Ulasan