Bolehkah Mengambil Ilmu Dari Orang Yang Mengajarkan Kitab Akidah Salafiyah Tetapi Membela & Melindungi Orang Yang Menyimpang?

Bolehkah Mengambil Ilmu Dari Orang Yang Mengajarkan Kitab Akidah Salafiyah Tetapi Membela & Melindungi Orang Yang Menyimpang?

Oleh Asy-Syaikh Zaid bin Muhammad Al-Madkhaly ~hafidzahullaah~

PERTANYAAN:

Orang yang mengajarkan kitab-kitab akidah Salafiyah kemudian dia tidak meletakkan wala’ dan bara’ di atasnya, bahkan dia memuji tokoh-tokoh yang menyimpang, terkhusus dedengkot orang-orang yang menyimpang dari kelompok-kelompok di masa ini, membela dan melindungi mereka, serta mencela siapa saja yang membantah mereka, menjelaskan kesalahan-kesalahan mereka serta memperingatkan bahaya kitab-kitab mereka dan bahaya mendengar kaset-kaset mereka. Apakah orang yang seperti ini dia adalah seorang salafy dan bolehkah mengambil ilmunya seta menghadiri durusnya ataukah tidak?

JAWAB:

Wahai penanya ~semoga Allah memberikan taufik kepada kami dan anda~, sesungguhnya apa yang Anda sebutkan dari kelakuan pengajar kitab-kitab akidah Salafiyah yang shahih, kemudian dia berpaling dari menerapkan apa yang telah dia pelajari dan yang dia ajarkan kepada para pemuda, bahkan dia menghancurkan semua itu dengan tidak menerapkan sikap wala’ dan bara’ karena Allah, cinta dan benci karena Allah, sungguh kelakuannya benar-benar sikap yang menimbulkan kecurigaan dan sikapnya merupakan sikap yang aneh yang bisa mendatangkan kemurkaan Allah yang Maha Dekat dan Mengabulkan doa.

Yang lebih parah dari itu adalah sikapnya yang nampak dan terang-terangan memuji kezhaliman dan orang-orang yang zhalim serta bid’ah dan ahli bid’ah tanpa rasa takut kepada Allah, juga tanpa rasa malu terhadap para pembawa ilmu yang mereka mempelajari ilmu untuk mereka amalkan dan mereka ajarkan kepada orang lain dalam rangka mengharapkan keridhaan Allah dan menampakkan prinsip “cinta dan benci semata-mata karena Allah” serta “loyalitas dan bermusuhan semata-mata karena Allah” yang mana ini merupakan tali ikatan iman yang paling kuat dan dengannya akan diraih kewalian di sisi Allah.

Di samping memuji orang-orang yang zhalim serta ridha terhadap berbagai kesesatan mereka, dia juga memuji ahlul haqq para pembawa Al-Kitab dan As-Sunnah yang membela keduanya dari kejahatan orang-orang yang sesat dari para pembawa kerusakan di muka bumi yang menyebarkannya dan membela orang-orangnya. Maka celaka baginya dan bagi mereka akibat kelakuan mereka itu, dan celaka bagi mereka akibat pembelaan mereka terhadap kebathilan dan para pengusung kebathilan, jika mereka tidak kembali kepada kebenaran yang nyata dan terus-menerus tenggelam dalam kejahatan dengan menjadi musuh bagi Ahlus Sunnah yang akan terus membantah ahlul ahwa’ wal bida’, celaka baginya karena membela para penyeru kesesatan serta menyebarkan berbagai penyimpangan mereka serta menegaskan permusuhan terhadap ahlul haqq dengan cara memperingatkan agar tidak membaca kitab-kitab mereka dan tidak mendengarkan kaset-kaset mereka, walaupun dia mengaku bahwa dia adalah seorang salafy.

Yang benar dia bukanlah seorang salafy, dan tidak boleh memberinya kesempatan untuk mengajarkan akidah, bahkan wajib untuk menghentikannya dari mengajar dan melarangnya karena sikapnya yang terang-terangan membela kebathilan dan membenci al-haqq dan orang-orang yang berpegang teguh dengannya tanpa peduli. Yang lebih baik baginya dan bagi siapa saja yang menempuh jalannya adalah dengan mereka kembali kepada kebenaran lalu hidup di bawah naungannya yang sejuk dan rindang, dan hendaknya mereka meninggalkan kebathilan yang hanya akan menyeret pelakunya ke Jahannam yang merupakan seburuk-buruk tempat tinggal.

[Pertanyaan ke 18 dari kitab Al-Ajwibah Al-Atsariyah Alal Masail Al-Manhajiyyah, hal 70-71, terbitan Daar Adhwaus Salaf dan Al-Miirats An-Nabawy cetakan pertama tahun 1433 H]

Ulasan