(Bhgn. 2) Nasehat Para Ulama Terhadap Syaikh Ali Hasan Al-Halabi

Pada artikel yang lalu, kita telah membaca nasehat dari Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin, Syaikh Shalih Al-Fauzan dan Syaikh Abdul Aziz Ar-Rajihi rahimahumullah.

Pada kesempatan ini, saya ingin menampilkan sebagian dari nasehat Syaikh Sa’ad bin ‘Abdullah Alu Humayyid hafidzahullah (lihat biografi beliau di sini), beliau berkata di muqaddimah Raf’ul La’imah hal 13-16:

“Sungguh Al-Lajnah Ad-Da’imah lil Ifta’ –semoga Allah menambahkan taufik dan hidayah- telah mengeluarkan fatwa no. 21517 pada tanggal 14/6/1421 H tentang dua kitab Al-Akh Ali bin Hasan bin Abdul Hamid yang berjudul “At-Tahdzir min Fitnatit Takfir” dan “Shaihatun Nadzir”. Al-Lajnah telah menjelaskan secara ringkas dan memberikan kesimpulan bahwa di dalam kedua kitab ini terdapat kekeliruan dalam permasalahan iman. Al-Lajnah juga tidak memberikan rincian tentang permasalahan tersebut karena statement ini keluar dalam bentuk fatwa bukan merupakan bantahan secara khusus.

Maka yang lebih utama bagi seorang semisal Syaikh Ali Hasan adalah menerima kebenaran. Sungguh beliau telah mengetahui bahwa fatwa tersebut berasal dari para ulama yang mulia. Tentu beliau juga mengetahui bahwa ilmu dan usia mereka (para ulama tersebut) jauh di atas beliau. Mereka lebih mengetahui dan mendalami permasalahan aqidah dari beliau. Seandainya beliau menulis kitab dengan memberikan ungkapan syukur pada mereka, mendoakan kebaikan untuk mereka dan menyebarkan pernyataan ruju’ dari kekeliruan-kekeliruan beliau demi memadamkan fitnah. Tentu hal itu lebih baik bagi orang-orang tua dan anak-anak.

Namun, beliau lebih memilih untuk berpaling dan bergegas menulis kitab bantahan terhadap Al-Lajnah dengan membela kekeliruan-kekeliruannya sendiri...

Kitab bantahan tersebut menggambarkan kemarahan penulisnya sebagaimana dapat diketahui dari ‘urf para penulis dan pentahqiq. Terkadang seorang dapat tertipu dengan gaya bahasa yang ia gunakan ketika membantah, kemahiran dalam memilih lafadz, dan ungkapan-ungkapannya yang indah lalu ia melemparkan keraguan terhadap kejujuran nukilan Al-Lajnah. Ia menuduh para ulama Al-Lajnah berfatwa tanpa ilmu, berbuat dzalim dan melemparkan tuduhan dusta padanya...

Lalu permasalahan ini merembet hingga mengenai sebagian fudhala’ dan para ulama di negeri ini. Ketika kaum muslimin meragukan ketsiqahan para ulama mereka, lalu kepada siapa lagi mereka akan tsiqah (percaya)!? Seandainya ia mau inshaf dan mengambil mafsadah yang lebih kecil tentu ia tidak mengutamakan pembelaan terhadap dirinya meskipun ia menyangka bahwa dirinya berada di atas kebenaran. Maslahat al-jama’ah (persatuan) lebih didahulukan daripada maslahat pribadi.

Kitab ini (Raf’ul La’imah ‘an Fatwa Al-Lajnah Ad-Da’imah) yang ditulis oleh saudara kami yang mulia Syaikh Muhammad bin Salim Ad-Dausari hafidzahullah meletakkan pembasan secara tepat...

Sebagai contoh, Syaikh Ali Hasan menukil perkataan beberapa ulama yang dipahami hanya membatasi kekufuran dalam i’tiqad, lalu ia berdalil dengan ungkapan tersebut. Kemudian ia meninggalkan perkataan ulama itu di tempat yang banyak dari kitab-kitabnya. Hal itu dapat menimbulkan kerancuan, jika ia hanya mencukupkan untuk menukil dari perkataan yang ia bawakan...

Semoga Allah memberikan rahmat kepada Adurrahman bin Mahdi ketika beliau berkata:

أهل السنة يكتبون مالهم وما عليهم و أهل الأهواء لا يكتبون إلا ما لهم

“Ahlus-Sunnah menuliskan apa yang sesuai maupun yang berseberangan dengan pendapatnya, sedangkan Ahlul- bid’ah tidaklah menuliskan selain apa yang mendukungnya” 

[Al-Jawab Ash-Shahih 6/343]

Penyelisihan Al-Akh Ali Al-Halabi terhadap Ahlus-Sunnah dalam sebagian permasalahan iman telah ma’ruf semenjak ia ikut berperan dalam mencetak kitab Murad Syukri yang berjudul “Ihkamut Taqrir li Ahkam Mas’alah At-Takfir”. Ia berupaya untuk mencetak dan menyebarkannya..

Sungguh aku telah menjelaskan pada beliau ~dengan dihadiri oleh para ikhwah di sana~ kedustaan beliau ketika menyatakan akan bertanggung jawab terhadap kitab yang telah dicetak dan disebarkannya tersebut. Wajib atas beliau mengeluarkan pernyataan jelas dan mengutarakan penilaian beliau terhadap kitab Murad Syukri lalu meninggalkan tadlis kepada manusia. Beliau telah berjanji namun (sangat disayangkan -pen-) tidak menepatinya..

Allah lah yang memberikan taufiq dan hidayah kepada jalan yang lurus, shalawat dan salam tercurah pada nabi kita Muhammad.


Syaikh Abdul Aziz Ar-Rajihiy hafidzahullah berkata dalam kitab beliau “Al Fariq Bainal Muhaqqiq Was Sariq”:

“Bahkan Al-Lajnah Ad-Daimah telah mengeluarkan sebuah fatwa tahun 1419 H yang mendahului fatwa mereka ini tahun 1421 H, di masa hidup syaikh kami Ibnu Baz رحمه الله dan tanda tangan beliau, dua tahun sebelum tahun fatwa terdahulu, dengan nomor (20212) tanggal 7/12/1419 Hijriyyah tentang kitab “Ihkamut Taqrir Fi Ahkamit Takfir” karya Murod Syukriy, yang mana Ali Al Halabiy berupaya untuk mencetaknya, menyebarkannya dan merekomendasikannya, dan menulis di sampul cetakannya: “Dan mengurusi pencetakannya Ali bin Hasan bin Abdil Hamid Al Halabiy Al Atsariy”.

Dia dari Yordan menelpon Daru Nasyr As Su’udiyyah di Riyadh dan mengelabuhi pemilik percetakan, dan menampilkan kitab itu kepadanya berbeda dengan hakikatnya , hingga orang tadi mencetaknya! Kemudian terjadilah apa yang terjadi.”

[selesai penukilan dari “Arsip Multaqo Ahlil Hadits”/4/hal. 2492]


Diterjemahkan sebagian oleh:
| Abul-Harits dari Muqaddimah Raf’ul Laimah
| Madinah, 21 Shafar 1434 H

Sumber:
| Abul-Harits•Blogspot•Com

Lihat juga artikel:
| Bhgn. 1: Nasehat Para Ulama Terhadap Syaikh Ali Hasan Al-Halabi

Ulasan