(Bhgn. 1) Nasehat Para Ulama Terhadap Syaikh Ali Hasan Al-Halabi

Perkataan ulama yang akan saya bawakan –insya Allah- merupakan nasehat beberapa ulama kibar dalam muqaddimah kitab Raf’ul La’imah ‘an Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Salim Ad-Dausari pada tahun 1424 H.

Kitab ini berisi bantahan terhadap kekeliruan Syaikh Ali Hasan Al-Halabi tentang permasalahan iman dan irja’ dalam beberapa kitab beliau.

Hal terkuat yang mendorong saya menerjemahkan fatwa ini adalah nasehat Syaikh Shalih Al-Luhaidan hafidzahullah ketika beliau menyampaikan muhadharah di Masjid Al-Haram, Makkah seusai shalat Maghrib pada tanggal 8 Shafar 1434 H bertepatan dengan 21 Desember 2012. Syaikh Shalih hafidzahullah mengingkari dengan keras sebagian orang yang menyebarkan fitnah Murji’ah sepuluh tahun terakhir ini lalu menisbahkan pemikiran sesat tersebut kepada salaf.

Demikian pula murid-muridnya menulis kitab-kitab yang membela aqidah sesat ini. Mereka menyebarkan kitab-kitab bid’ah tersebut dalam website-website internet hingga banyak kaum muslimin yang tertipu dan rancu pemahamannya dalam permasalah iman. Allahul musta’an..

1. Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin rahimahullah berkata:

“Dalam permasalahan ini, Syaikh Muhammad bin Salim Ad-Dausari telah membantah dalam risalahnya yang berjudul “Raf’ul Laimah ‘an Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah” sebagian orang yang membantah Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah dengan bantahan yang sangat baik dan sarat dengan faidah hingga tercapai apa yang diharapkan dengan fatwa tersebut. Semoga Allah memberikan balasan yang terbaik dan memberikan pahala kepada beliau atas kesungguhan beliau dalam hal ini. Aku mewasiatkan kalian untuk membaca kitab ini...”

2. Syaikh Shalih Al-Fauzan hafidzahullah berkata:

“Aku telah membaca kitab Syaikh Muhammad bin Salim Ad-Dausari yang berisi jawaban terhadap bantahan Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi terhadap Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah tentang permasalahan irja’.”

Maka aku berkata:

[Pertama] Sungguh Syaikh Muhammad telah menulis jawaban yang sangat baik ketika beliau menukilkan perkataan para ulama yang terluput oleh Syaikh Ali bin Hasan dalam tulisan bantahannya. Dimana perkataan ulama yang terluput tersebut juga merupakan sandaran dalam permasalahan iman. Adapun perbuatan (Syaikh Ali) yang membuat keraguan terhadap Fatwa Al-Lajnah, maka hal itu tidak benar karena fatwa tersebut dikeluarkan dengan kesepakatan dan persetujuan seluruh anggota Al-Lajnah.

[Kedua] Wajib bagi Syaikh Ali dan ikhwan yang bersama beliau agar mencukupkan diri dengan kitab-kitab salaf ketika menyandarkan permasalahan iman kepada salaf. Di dalam kitab salaf terdapat kecukupan, kita tidak lagi membutuhkan tulisan-tulisan baru yang berisi keraguan dan menimbulkan perbincangan dalam permasalahan yang agung ini. Fitnah (irja’) ini telah mati, maka tidak diperbolehkan bagi seorang pun untuk memunculkannya kembali. Agar tidak menimbulkan celah bagi para tukang fitnah dan perusak untuk (menebar fitnah) di antara Ahlus-Sunnah.

[Ketiga] Wajib bagi Syaikh Ali bin Hasan ketika menukil perkataan para ulama untuk menukil ungkapan mereka dari awal hingga akhirnya, mengumpulkan perkataan seorang ulama dalam permasalahan ini dari seluruh kitab-kitabnya. Hingga menjadi jelas maksud perkataan penulis dan menafsirkan sebagian perkataannya di sebagian tempat dengan perkataannya di tempat yang lain. Tidak cukup seorang menukil perkataan ulama di sebagian tempat, lalu meninggalkan perkataannya di tempat yang lain. Ini dapat menyebabkan jeleknya pemahaman dan menyandarkan sebuah keyakinan kepada seorang ulama yang tidak sesuai dengan apa yang ia maksudkan.

Di penutup (nasehat) ini, aku memohon kepada Allah agar memberikan kepada kita ilmu yang bermanfaat dan amal shalih. Shalawat dan salam senantiasa tercurah pada nabi kita Muhammad, sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya.

3. Syaikh Abdul Aziz Ar-Rajihi hafidzahullah berkata:

“... Sungguh Syaikh Muhammad Ad-Dausari telah menulis dengan sangat baik ketika beliau menyebutkan kekeliruan Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid kemudian menjelaskan aqidah yang telah disepakati Ahlus-Sunnah wal Jama’ah tentang permasalahan iman dan kufur –semoga Allah memberikan taufiq kepada beliau-. Bahwasanya iman terdiri dari i’tiqad, ucapan dan amal jawarih dan kekufuran dapat terjadi disebabkan ucapan, amal jawarih, i’tiqad dan keraguan dalam iman.

Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid berdalil dengan ucapan para ulama –namun dengan memotongnya- untuk membela madzhab Murji’ah yang menyatakan bahwa (sahnya –pen) iman cukup dengan keyakinan dalam hati dan kekufuran tidak akan terjadi kecuali dengan keyakian hati. Ini adalah madzhab batil yang menyelisihi nash-nash Al-Kitab, As-Sunnah, dan menyelisihi perkataan para imam dan ulama Ahlus-Sunnah.

Wajib bagi Al-Akh Ali Hasan Abdul Hamid untuk ruju’ kepada kebenaran dan menerimanya. Lalu menulis risalah tentang ruju’nya beliau kepada madzhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Ruju’ pada kebenaran adalah sebuah keutamaan. Ucapkanlah kebenaran dalam dirimu, meskipun kebenaran itu pahit. Ruju’ pada kebenaran lebih baik daripada terus-menerus berada dalam kebatilan. Para ulama dari masa ke masa senantiasa menerima kebenaran dan ruju’ kepadanya. Dan hal tersebut menunjukkan keutamaan, ilmu dan sifat wara’ mereka...

Seandainya Al-Akh Ali Hasan Abdul Hamid ruju’ kepada madzhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam permasalahan iman dan kufur. Dan bahwasanya kekufuran dapat terjadi dengan sebab i’tiqad, ucapan dan amal jawarih. Maka hal tersebut menunjukkan keutamaan, ilmu dan sifat wara’ beliau dalam menerima kebenaran. Dan juga menunjukan ittiba’ beliau terhadap para imam dan ulama.

Pernyataan ruju’ beliau sungguh akan memadamkan fitnah ini (fitnah murji’ah) yang telah tersebar di kalangan para pemuda. Fitnah ini telah menimbulkan kerusakan yang besar dan menimbulkan keraguan dalam aqidah mereka.

Aku memohon kepada Allah agar memberikan taufiq kepada Al-Akh Ali Hasan Abdul Hamid untuk ruju’ dan menerima kebenaran kemudian menyebarkan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam permasalahan iman dan kufur dengan karunia yang telah Allah berikan kepada beliau berupa kefasihan, balaghah dan kekuatan ungkapan dalam uslub...”

-selesai nukilan fatwa masyayikh-

Selain apa yang saya sebutkan di atas, ada beberapa nasehat yang lain dari Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Alu Sa’d dan Syaikh Sa’d bin Abdullah Alu Humayyid hafidzahumallah. Silahkan baca kitab Raf’ul Al-Laimah untuk lebih detailnya, dapat didownload di sini

Wabillahittaufiq

Diterjemahkan sebagian oleh:
| Abul-Harits dari Muqaddimah Raf’ul Laimah
| Madinah, 10 Shafar 1434 H

Sumber:
| Abul-Harits•Blogspot•Com

Lihat juga artikel:
| Bhgn. 2: Nasehat Para Ulama Terhadap Syaikh Ali Hasan Al-Halabi

Ulasan