Bhgn. 3 Al-Ustadz Abu Bakr Abdurahman Wonosari – Bahaya Jaringan Jum’iyah dan Yayasan Ihya'ut Turots dari Kuwait

Oleh: Al-Ustadz Abu Bakr Abdurahman Wonosari hafidzahullah

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dalam hadits Muawiyah bin Abu Sofyan bersabda:

“Barangsiapa dikehendaki oleh Allah kebaikan, maka Allah pandaikan dia dengan perkara Dien (tafaqquh fid Dien)”.


Adakah kepandaian yang lebih mulia dari tafaqquh fid Dien? 

Allah angkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu, dalilnya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ [٥٨:١١]

“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al-Mujadilah 11).

Orang yang berilmu lebih tinggi derajatnya daripada yang beriman.

Maka suasana menuntut ilmu untuk mempelajari Dien yang kondusif patut disyukuri, untuk menjaga pintu yang dapat membikin fitnah perpecahan dan yang merusak suasana tholabul ilm (menuntut ilmu) yang kondusif. (Seandainya kalian bersyukur, akan menambah nikmatKu, dan apabila kufur, sesungguhnya adzabnya sangat pedih.?)

Adapun adzab yang paling pedih, terhalangnya ilmu, penyebaran syubhat, merusak dakwah Salafiyyah, karena menyebabkan dicabutnya ilmu.

“Tanda-tanda hari kiamat, bertebarnya kebodohan dan diangkatnya ilmu”. [HR Bukhari]

Inilah musibah yang besar bagi orang yang Allah beri bashirah.

Berkaitan dengan fitnah tahazzub, yang dinukilkan oleh Syaikh Muqbil bin Hadi, dengannya memecah-belah barisan salafiyyin dimana-mana, termasuk di Indonesia. Kemudian fitnah yang ditimbulkan oleh Yayasan Ihya’ ut Turots yang dipimpin oleh Abdurahman Abdul Kholiq serta Abdullah as Sabt. Abdurahman Abdul Khaliq telah dinasihati secara keras dan sebagian Ulama’ menyebutnya sebagai mubtadi’.


Adapun Jum’iyyah Ihya’ut Turots dan Abdurahman Abdul Khaliq telah berhasil menyusupkan perpecahan sehingga mencerai-beraikan Salafiyyin di Indonesia. Apakah Jum’iyah Ihya’ut Turots (disingkat JI) ini memecah-belah dengan pemikiran, kepandaian, gaya bicara mereka saja?

Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullahu ta’ala menegaskan Abdurahman Abdul Khaliq dan JI ini, tidak memecah-belah Salafiyyin dengan pemikiran-pemikiran mereka, tetapi mereka dipecah-belah dengan harta.

Sebagaimana hadits Ka’ab bin ‘Iyadh :
“Dijadikan kepada setiap ummat ujian/fitnah, dan fitnah atas ummatku adalah berupa harta”. (HR Tirmidzi)

Dan merupakan sebab fitnah yang terjadi di Indonesia ini, dikarenakan dengan JI ini dan muammalah dengan JI ini. Sehingga jelas JI maupun At Turots sendiri, sudah diterangkan sekitar 10 tahunan yang lalu sudah terbongkar. Namun bagi sebagian syabab (pemuda) terjadi kekaburan, bingung tentang keberadaan JI dan At Turots (Majlis Turots Indonesia pimpinan Abu Nida cs) itu sendiri, sebab hingga sekarang ini masih mengadakan kerjasama dengan JI dari Kuwait.

Sebagian orang menganggap kita yang telah berlepas diri dari kesesatan Ja’far Umar Thalib (disingkat JUT, dulu paling gigih menerangkan bahaya at Turots kepada ummat, red), kemudian menganggap khilaf yang terjadi antara Salafiyyin dengan pendukung At Turots – yang dulu terjadi -, yang benar adalah at Turots. Buktinya ummatnya sekarang berlepas diri darinya (dari kesesatan makmumnya Arifin Ilham, red).

Maka perlu dijelaskan kenapa dulu orang-orang at Turots (Abu Nida’ cs) tidak mau bergabung dengan Salafiyyin, tidak lain karena da’i at Turots lebih memilih hizbnya, lebih memilih JI dengan hartanya. Sebab selama ini, JI senantiasa membantu At Turots.

Disinilah perlunya membedakan antara Salafiyyin dan At Turots, sebagaimana Allah tegaskan tidak akan sama orang yang berilmu dan beramal, dibanding orang yang beramal dengan kejahilan. At Turots meninggalkan JUT karena ta’ashubnya dengan hizb JI tanpa ilmu dan tidak mau kembali kepada al Haq.

Adapun kita, segenap Ahlusunnah wal Jama’ah berusaha mengamalkan hadist Abu Hurairah:
“Ada 7 golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah Ta’ala, yang hari itu tidak ada naungan selain perlindungan Allah… dan dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah …”. [HR Bukhari dan Muslim ]

Nasihat Syaikh Yahya al Hajuri dalam As ilah Syabab Indonesiin untuk syabab Indonesia bergabung dengan JUT, apabila dia masih istiqomah. Apabila JUT masih istiqomah di atas al Haq, Syaikh Muqbil rahimahullah menasehatkan kita untuk bergabung dengannya.

Namun ketika jelas setelah nasihat dari para Ulama’ atas JUT, namun dia enggan menerimanya bahkan justru dia meninggalkan kita, maka Allah memudahkan kita berlepas diri daripadanya. Bahkan memudahkan syabab kembali kepada Al Haq, tanpa harus bersusah-payah. Padahal sebelumnya, banyak yang ingin menjatuhkan JUT dari sisi akhlak dan muammalahnya.

Allah telah menangkan JUT dari tahdzirnya Abdul Hakim bin Amir Abdat, Yazid bin Abdul Qadir Jawwas. Mereka tidak mampu mempengaruhi syabab, kecuali yang terpengaruh dengan dunia. Abu Ihsan Al Maidani bersama Abu Mas’ud, ingin mengadakan tabligh akbar diberi judul “Pedang terhunus…”, pun mentah tak berguna. Karena JUT waktu itu masih berada di atas al Haq.

Demikianlah barakah dakwah Ahlusunnah wal Jama’ah yang senantiasa mengikuti fatwa para Ulama’, bimbingan Syaikh Rabi’ bin Hadi, Syaikh Yahya al Hajuri.

Alhamdulillah, syabab kembali berkumpul kepada Al Haq (meninggalkan JUT, red) tanpa harus bersusah-payah. Dan inilah nikmat yang patut disyukuri, dan menambahkan kepercayaan kepada asatidzah yang selama ini membimbing kita. Sehingga tidaklah ada kemungkaran yang menyeleweng dari manhaj Salaf, dengan memohon pertolongan Allah, kemudian usaha dari asatidzah untuk segera membongkarnya.

Kemudian orang-orang Jamilurahman (PP Jamilurahman, Bantul, yang dibiayai JI, nama ini dinasabkan kepada nama Ulama’ Salafy dari Afghanistan) membikin isu sesat bahwa Abu Nida’ cs (orang At Turots) sudah membaik, sehingga layak untuk mengambil ilmu dari mereka. Darimana hal ini dapat dibenarkan ? Bahwa Abu Nida’ telah membaik tidak benar, karena dia masih menjalin dengan JI hingga hari ini dan enggan melaksanakan nasihat dari masyayikh (Ulama’).

Inilah sebab perpecahan tersebut, apabila ummat memilih bergabung Abu Nida cs, tentu saja dia akan menebarkan syubhat-syubhat. Syubhat ini akan menyebabkan dicabutnya barakah ilmu dari majlis-majlis ilmu. Kalaulah ada pernyataan dari person-person Jamilurahman, At Turots, yang berusaha menasehati mereka (pimpinannya, Abu Nida’, red), maka dipastikan sudah disingkirkan dari At Turots oleh Abu Nida’, Abu Mush’ab, Abu Isa, Afifi Abdul Wadud (toko Ihya’, red).

Diantaranya yang telah disingkirkan adalah al akh Ibnu Yunus, yang selama ini menasehati secara sembunyi, berusaha meluruskan agar menjadi baik, berusaha agar orang-orang At Turots mau melaksanakan nasihat para Ulama’. Dia sendiri, al Akh Ibnu Yunus, telah mengakui bahwasanya sebab terjadinya khilaf/pertikaian karena dia dulu bersama orang-orang at Turots, sempat membela tokoh-tokoh hizbiyyun Abdurahman Abdul Khaliq, Salman Al Audah, Safar Hawali, ‘Aidh Al Qarni, Sholih Munajjid (mufti islam-qa.com) dll. Dengan adanya peringatan dari asatidzah lain (Salafiyyin) dari kesesatan tokoh-tokoh diatas tadi, maka serta-merta orang-orang at Turots membelanya.

Sebagian dari orang At Turots (termasuk Ibnu Yunus, red) berazzam ketika itu, kalaulah nanti tampak kesesatan dari Abdurahman Abdul Khaliq dan orang-orang diatas, maka sebagian dari mereka berazzam (berniat secara sungguh-sungguh) untuk membongkarnya. Pernyataan inilah bukti rujuknya Ibnu Yunus setelah tampak kebenaran tersebut padanya. Bahkan dalam persaksian Ibnu Yunus ini pula, diketahui sebagai kabar terakhir, bahwa orang-orang yang diantara da’i at Turots sendiri yang ingin menasehati Abu Nida’, pasti disingkirkan.

Termasuk dalam hal ini selain Ma’had Jamilurahman, Bantul (Abu Nida’, Abu Mush’ab, Abu Isa), Islamic Center Bin Baz (Arif Syarifudin, red), Ma’had Imam Bukhari (Khalid Syamhudi, red) masih satu pemikiran, yakni pembela JI setia.

Syaikh Muqbil bin Hadi memiliki makalah tentang Abdurahman Abdul Khaliq, JI dan majalahnya Al Furqan. Makalah ini dikumpulkan dalam pelajaran Syaikh Muqbil bin Hadi oleh muridnya, Abu Juwairiyah. Abu Juwairiyah mengomentari, bahwa Syaikh Muqbil setiap kali mentahdzir/memperingatkan ummat bukan hanya memperingatkan belaka, juga didalamnya terdapat nasihat yang berharga agar ummat tersibukkan dengan belajar.


Memang belum seluruhnya kesesatan At Turots disampaikan di sini, karena keterbatasan waktu dan memori yang ada. Lantas bagaimana menyikapi orang-orang at Turots/Abu Nida’ cs ini? 

Syaikh Muqbil memberikan kaidah tentang orang-orang yang padanya ada pemikiran hizbiyah, bahkan Abdurahman Abdul Kholiq dicap adalah mubtadi’. Dengan keadaan Abu Nida’ yang demikian, apakah sudah bisa memastikan bahwa Abu Nida’ adalah hizbi ? Ya (Syaikh Yahya al Hajuri).

Perlu diketahui, yang menyusun pertanyaan adalah orang at Turots sendiri yang waktu itu belum taubat, Ustadz Asykari, Muhammad Sarbini, Abdullah Amin. Yang disusun adalah berupa dari perkataan, kaset-kasetnya atas tanggapannya setelah dinasehati Syaikh Rabi’ bin Hadi. Anehnya, ketika datang kaset-kaset dan kitab-kitab tentang bahayanya Abdurahman Abdul Khaliq dan JI oleh Syaikh Rabi’, dianggap kaset adalah barang mati/pasif yang tidak bisa diajak diskusi oleh pentolan At Turots ini. Dia menganggap ilmu yang bermanfaat dari nasihat Ulama’ sebagai barang mati yang tak berguna.

Maka sangat tidak tepat, sikap seseorang yang tetap berhusnudzon dan datang memberi nasihat pada Abu Nida’ ini, sementara Ulama’ tidak dihiraukannya. Demikianlah apabila Allah telah mengunci mati telinganya, hatinya, sehingga tidak memberi manfaat bagi mereka, tidak ruju’ ketika adanya peringatan.

“Wallahi, saya sendiri ketika Allah membukakan pintu taubat, karena saya dulu juga di ma’had Jamilurahman (Bantul, red), ketika di Yaman, kemudian terjadi munaqosyah dan nasihat untuk saya, dan al haq telah tampak bagi saya”, kata Ustadz Abdurahman Wonosari, lulusan Ma’had Jamilurahman yang melanjutkan belajar ke Ma’had syaikh Muqbil, Yaman.

Saya mengirimkan sebuah kaset, untuk khusus yang ada disana, Abu Nida’, Ibnu Yunus, Abu Ihsan al Maidani. Lalu kemudian sekarang saya mulai untuk tidak bertasahul (bermudah-mudah) muammalah dengan sururiyin, JI, dan yang lainnya. Dan untuk tidak menyibukkan syabab ke daurah-daurah mereka (At Turots, red). Abu Nida’ cs, kalau membikin daurah sururiyah, di Bogor, santrinya yang sudah mampu bahasa Arab diikutkan, lalu disana diberi syubhat-syubhat dari orang-orang Ikhwanul Muslimin (IM) yang saat ini berpakaian dengan pakaian salafy.

“Saya nasehatkan untuk tidak lagi ikut daurah dengan mereka (At Turots cs), diantara daurah yang membikin syabab salafiyyin menjadi bingung dan bertasahul dengan perkara bid’ah,” kata ustadz Abdurahman (Wonosari, red).


Apa tanggapan Abu Nida’? 

Ketika saya bertemu Adi Faisal – rekan saya dulu di Jamilurahman – di Madinah, yang sekarang di Sulawesi, dikatakan bahwa Abdurahman (Wonosari, red) telah berubah. Demikianlah, siapa yang berusaha menasehatinya, yang berusaha memberikan yang terbaik untuk dirinya (Abu Nida’), langsung disikapi lain. Ini bukti tahazzubnya Abu Nida’. Kalau dulu, ketika disampaikan bahwa ada nasihat dari Ulama Rabi’ bin Hadi, Muqbil bin Hadi, mereka (orang at Turots) menganggap adalah ulama sighar (kecil, red).

Bukti terakhir, JI mencari fatwa yang sesuai dengan hawa nafsunya. Syaikh Bin Baz pernah memuji dan membolehkan mengambil dana JI. Kemudian syabab bertanya, setelah melihat banyaknya kerancuan dalam JI dan Abdurahman Abdul Khaliq, namun syaikh Muqbil yang ditanya tentang pendapat syaikh Al Albani dan syaikh Bin Baz tentang JI dan Abdurahman Abdul Khaliq ? Adapun Syaikh Al Albani telah berlepas diri sejak dahulu dengan Abdurahman Abdul Khaliq.

Sedangkan Syaikh bin Baz mengingkari beberapa perkara, akan tetapi orang at Turots menyamarkan al bathil, JI menyatakan bahwa mereka telah mendatangi negeri-negeri Pakistan, Inggris, memberi bantuan, membangun masjid-masjid, padahal setiap negeri yang didatangi pasti dipecah-belah syababnya. Syaikh Bin Baz menghukumi dhahirnya, seandainya beliau tahu keadaannya, pastilah mereka berlepas diri. Tentu saja, JI dan At Turots berpegangan dengan fatwa yang menguntungkan tsb, yang penting bagi mereka ada ulama yang membolehkan. Tidak dilihat hakikat jawaban yang diberikan, sebab dan dalilnya membolehkan kenapa. Maka tidak berbeda dengan orang syafi’iyah, yang berkata Imam Syafi’i mengatakan demikian, kita ikut, sementara mereka mengikut saja tanpa dalil.


Juga At Turots menyatakan Syaikh Ali Hasan membolehkan, padahal kabar terakhir, Syaikh Ali Hasan mengingkarinya.

Qadarallah, selama ini kita disibukkan dengan jihad (th 2000 – 2002), yang dengan jihad tercapai kebaikan-kebaikan, tidak diingkari juga adanya terjerumusnya dalam perkara siyasah/politik.

Dan hal ini, membikin syaikh Rabi’ bin Hadi menasehatkan dengan menyatakan :
“Dulunya jihad kalian adalah jihad Salafy, kemudian berubah menjadi jihad ikhwani.”

Mendengar peringatan yang demikian, alhamdulillah, Allah sadarkan kita semua, langsung bangkit dan kemudian berusaha membubarkan FKAWJ (Forum Komunikasi Ahlusunnah wal Jama’ah, red) dan menghentikan komandonya JUT (Laskar Jihad Ahlusunnah wal Jama’ah, red). Alhamdulillah. Jadi di sela-sela sibuknya kita dengan jihad, terkadang kita melalaikan syabab kita agar berhati-hati dari jama’ahnya Abu Nida’ ini, At Turots. Allah akhirnya membongkar kejelekan at Turots, Abu Nida’ dengan orang-orang yang ada di dalamnya seperti Ibnu Yunus. Dan orang-orang yang sudah ada kejelasannya, seperti al akh Riski Abu Yahya, yang jelas-jelas memiliki tulisan yang menyatakan bara’.

Adapun yang lain, yang bersama mereka berdua, sikap kita menunggu kejelasannya, sebab mereka adalah da’i at Turots. Seperti al Akh Sholeh Su’aidi, maka kita menunggu tulisan atau kaset yang menunjukkan dia benar-benar sudah berlepas diri, dan yang lainnya. Benar adanya sebagian orang yang ada di dalam mereka sendiri, at Turots, yang justru membongkar kedok at Turots itu sendiri. Hingga titik puncaknya, ketika daurah Syaikh Ali Hasan dan Syaikh Salim bin Ied al Hilali, disana kemudian Ibnu Yunus bersama kawan-kawannya, Abu Mas’ud, Mukhaliful Haadi, yang disebutkan sebelumnya, ingin mengeluarkan pedangnya tapi tumpul (Ceramah berjudul : Pedang terhunus…,red).

Mereka mulai menyadari tahazzubnya orang at Turots, kekeliruannya Al Furqan Gresik, Ainur Rafiq, kelompok tsb berusaha menyampaikan hal ini kepada Syaikh Ali Hasan, Syaikh Salim Ied Al Hilali, Syaikh Musa an Nashr, dalam daurah terakhir di Surabaya. Mereka menginginkan para Ulama’ tersebut menghukumi, mereka mengungkapkan apa yang ada, kemudian siapa yang selama ini salah diantara mereka, kemudian terang-terangan rujuk.

Setelah ada kejadian demi kejadian, syaikh Ali Hasan memerintahkan – dengan makna yang dinukilkan dari kasetnya Ibnu Yunus

“Ya Sudah, untuk tahkim adalah perkara yang susah untuk menghadirkan mereka satu-persatu. Bagaimana bila sifatnya minta fatwa, yang didalamnya ada hujjah atas mereka-mereka ini (pendukung JI, red).”

Nah dalam forum tanya jawab tersebut, diulang kembali “Bagaimana hukum mengambil dana dari JI ?” Dan kesimpulannya, bahwa sebagian ulama’ menyatakan boleh asal tanpa syarat. Ulama’ yang lain membantah, tidak mungkin memberi bantuan tanpa syarat. Pada akhirnya mereka akan mendikte, sampai mereka bertahazzub pada mereka. Jadi, sebenarnya, para Ulama’ yang selama ini “mereka pegang” sebenarnya sudah berlepas diri dari kesesatan mereka, kalau mereka mampu memahaminya.

Setelah para da’i at Turots ini, pada daurah terakhir merasa ‘terpukul’, Abu Nida’ (Jamilurahman dan Islamic Center Bin Baz, Bantul), Aunur Rafiq (Ma’had Al Furqan, Gresik), Ahmas Faiz (Ma’had Imam Bukhari, Solo), tiga pentolan ini yang masih bersikukuh dengan manhaj tersebut. Apabila terdengar bahwa antara Jamilurahman dan Bin Baz pecah, dilihat dulu perpecahannya karena apa ? Karena pembagian Maal (harta) dari at Turots, yang satu merasa kurang, akhirnya pecah. Akan tetapi pemikirannya masih identik, baik mudir Jamilurahman Abu Mus’ab, sama dengan mudir Bin Baz yakni Abu Nida’.

Padahal, Abu Mush’ab pada awal-awal fitnah, dia mengikut pada Syarif Fuadz Hazza (ulama Sururi dari Mesir, red), dia sendiri bilang :

“Kalau saja saya tidak bersama mereka, maka saya tidak bisa makan ?”

Inilah fitnah harta ! Kabar ini didapat dari ikhwan bernama Abu Mu’adz yang ada di Muntilan, Magelang.

Sebelumnya, karena mereka tidak punya hujjah, mereka sudah sepakat :
“Dalam masa 1.5 tahun akan melepaskan diri dari JI sama sekali”, antara Abu Nida’, Sholeh Su’aidi, Abdullah Amin, Riski, Abul Abbas (sehingga sekarang tidak jelas manhajnya, red).

Kesepakatan ini didengar dari Al Akh Sa’id yang saat ini ada di Ma’had Syaikh Muqbil, di Dammaj, Yaman, pernah ziarah ke Ma’rib, ketika Musthafa bin Isma’il Abul Hasan As Sulaimani al Ma’ribi sebelum ditahdzir, menceritakan bahwa Sholeh telah berbuat demikian kepada Sa’id. Yakni adanya kesepakatan diantara mereka untuk meninggalkan JI dalam waktu 1 – 1.5 tahun.

Sepulangnya Sholih Su’aidi pulang ke Indonesia, mereka (Abu Nida’ cs) mengingkari kesepakatan ini, dan mereka justru membuat fitnah, orang yang menasehati mereka malah disebut Juru Fitnah. Sampai akhirnya, kasus ini diangkat kepada Syaikh Ali Hasan tadi. Aunur Rofiq juga menyatakan kepada Abul Abbas (asal Yaman yang bergabung dengan Sholeh Su’aidi),


 Antum ashabul fitnah (Anda penghulu fitnah).”

Nampak sekali, at Turots kini terpecah-belah. Sholeh Su’aidi sendiri, menempati kota Kediri yang dibangun Ighotsah dari Dammam, bukan Kediri yang bersama Masrukhin/Majruhin. Abu Yahya Riski dakwah sendiri di Klaten. Ibnu Yunus jalan di Makassar sendiri. Inilah bukti PP Jamilurahman tidak membaik, karena yang berusaha menasehati sudah dikeluarkan. Semoga Allah menguatkan mereka (sehingga lekas kembali seperti al Akh Ibnu Yunus, red).

Semakin jelas, permasalahan yang terjadi antara salafiyyin dengan Al Akh Riski, Sholeh Su’aidi, dll adalah masalah manhaj, bukan masalah pribadi. Muammalah dengan At Turots sudah mereka putus, Alhamdulillah. “Ruh adalah seperti tentara yang berbaris-baris. Apabila saling menyukai al haq, dimanapun berada, akan menjadi bersatu. Akan tetapi apabila saling mengingkari, maka akan saling mengingkari sendiri-sendiri”.

Adapun tujuan majelis ini agar diketahui saja, dan semangat kita harus tetap menuntut ilmu.

 “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam”.  [HR Bukhari Muslim]

Iman dikaitkan antara Allah dengan Hari Akhir, maka akan mengingatkan dia dengan siapa Pencipta di awalnya dan mengingat hari terakhir yang akan didapatinya. Maka nampak perkataan baik lebih utama dari diam.

Menyampaikan perkataan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam adalah sebaik-sebaik perkataan.
“Barangsiapa yang bicara dengan kebatilan, maka dia adalah syaitan berbicara. Barangsiapa yang diam dari kebatilan, maka dia adalah syaitan bisu”.

Nama-nama yang terkait At Turots – JI

1. Abu Nida’ (Pentolan at Turots, Ma’had Jamilurahman Bantul / Islamic Center Bin Baz)
2. Abul Abbas (Ma’had Jamilurahman Bantul / Islamic Center Bin Baz)
3. Abu Ihsan Al Maidani (Medan)
4. Abu Isa (Ma’had Jamilurahman Bantul / Islamic Center Bin Baz)
5. Aunur Rafiq Ghufron (Ma’had Al Furqan, Gresik)
6. Abu Mush’ab (Ma’had Jamilurahman Bantul / Islamic Center Bin Baz)
7. Afifi Abdul Wadud (toko Ihya’, Jogjakarta)
8. Ahmas Faiz Asufuddin (Ma’had Imam Bukhari, Solo, Pimpinan Umum Majalah as Sunnah)
9. Kholid Syamhudi (da’i Al Sofwah, Ma’had Imam Bukhari, Solo, Redaksi majalah as Sunnah)
10. Mujahid (Ma’had Jamilurahman Bantul / Islamic Center Bin Baz)

Nama-nama yang tidak lagi terkait At Turots – JI dan belum jelas taubatnya

1. Abu Yahya Riski (tidak bergabung dengan ustadz Salafy, menyendiri, belum umumkan taubatnya, tinggal di Klaten)
2. Sholeh Su’aidi (tidak bergabung dengan ustadz Salafy, menyendiri, belum umumkan taubatnya, masih memakai masjid Ighotsah Dammam, Kediri)
3. Abdullah Amin (tidak bergabung dengan ustadz Salafy, menyendiri, belum umumkan taubatnya, masih memakai fasilitas ma’had Ighotsah Dammam, Kediri)

Nama-nama yang tidak lagi terkait At Turots – JI dan sudah taubat

1. Ustadz Askari (Sudah bertaubat, aktif dakwah di Balik Papan, Kaltim)
2. Ustadz Muhammad Sarbini (Sudah bertaubat, aktif dakwah di Muntilan, Magelang)
3. Ibnu Yunus (sudah bertaubat, aktif berdawah di Makassar, informasi dari ustadz Azhari Asri sms tgl 22/9/2005)
4. Abu Mas’ud (sudah bertaubat, salah seorang rekannya hadir di Daurah Masyayikh Yaman kemarin)

- - -

Pertanyaan :


1.Bolehkah belajar kepada Riski, Abdullah Amin, Sholeh Su’aidi, dimana mereka membuat majlis di Jogjakarta ?

Jawaban :


Kami masih menunggu kelanjutan berita tentang taubatnya mereka, melihat apa yang selama ini mereka pegang. Walaupun memang, dalam beberapa perkara mereka mengakui kesalahannya, siap rujuk, akan tetapi sikap mereka masih bergabung kembali. Semoga Allah Ta ‘ala memberikan taufiq kepada kita semua. Kita akan menampung berita apabila berita tersebut dapat menjadi sumber.

Al akh Sholeh Su’aidi dan Abdullah Amin, belum ada bara’ secara tertulis maupun terkasetkan, bahkan masih memakai fasilitas dari ma’had dan masjid Igotsah dari Dammam. Jadi, sikap ini akan ditinjau kembali, hanya beberapa orang saja yang sudah jelas terang bara’nya mereka terhadap orang-orang at Turots dan JI.


[Dikutip secara ringkas dari ceramah tiga ustadz di masjid Al Hasanah Jogjakarta, beberapa bulan yang lalu, pembicara Ustadz Abu Bakr Abdurahman Wonosari (Murid Syaikh Muqbil bin Haadi, Dammaj, Yaman)]

February 12, 2004
Sumber: http://www.salafy.or.id/2004/02/12/bahaya-jaringan-ji-dari-kuwait-dan-at-turots-3/

Ulasan